Jumat, 27 Juni 2014

Pilpres 2014 and World Cup 2014

Postingan ini ditulis sambil nunggu jam pulang kantor (kerasa lama banget coz udah pengen weekend aja :D) Gimana ni temen2, jagoannya di Piala Dunia lolos di penyisihan grup gak? Selamat deh bwat yang lolos, bwat yang gak lolos jangan dihujat ya tim kesayangannya, kan masih bisa liat tim lain yang tanding :)

picture was copied from google

Random banget nulis post ini gara2 kebanyakan baca berita di internet n kepoin sosmed yang agak rame aja akhir2 ini. Yang jadi trending topic apalagi kalo bukan masalah pemilu presiden di negara saya tercinta ini, Indonesia. Gak seperti pemilu sebelumnya yang jadi capres-cawapres lebih dari 2 pasang, tahun ini hanya 2 pasang saja capres-cawapresnya. Maka dari itu adu opini dari masing2 pendukung capres terasa lebih sengit aja, terutama di sosmed.

Saya bukanlah termasuk orang yang aktif di sosmed (hanya pengguna pasif FB dan blogspot) Otomatis, yang saya ikuti perkembangan ya cuma FB, itupun saya juarang buanget comment. Kenapa gitu? Ya karena saya cuma pengen liat status orang aja di FB n gak ada keinginan bwat comment, hahaha...

Fenomena menarik yang saya amati adalah adu pendapat dari beberapa teman saya yang berbeda jagoan capresnya. Ada yang parah banget sampe pake acara remove2an gara2 gak terima capres jagoannya dikritik (dihina) sama temen yang beda jagoan capresnya. Saya sampe geleng2 kepala, kok bisa ya? Yang saya tau suara kita sebagai pemilih hanyalah 1 dari sekian puluh juta suara sah yang boleh memilih. Dengan catatan kita gak golput n boleh milih di TPS terdekat (bukan anak kos yang gak bisa nyoblos di TPS kos/rumah kontrakan)

Kenapa hanya karena perbedaan jagoan capres sampe pake acara remove2an segala? Bener2 tidak bisa dipahami, petugas partai bukan, keluarga capres juga bukan. Seharusnya sebagai masyarakat yang beradab punya jiwa tenggang rasa yang tinggi untuk menghargai pilihan orang. Bukankah kita lahir juga sudah berbeda-beda, jadi wajar dong kalo pemikiran kita beda. Yang lebih parahnya lagi, temen2 saya ini kalangan terpelajar lho secara akademik. Cuma kan nggak njamin kalo orang otaknya pinter juga pinter mengendalikan sikap.

Saya sendiri pun berbeda pilihan tentang capres jagoan sama suami saya dan baik2 aja. Gak ada ceritanya saya ngambek apalagi maksa suami bwat ngikutin capres pilihan saya. Kan udah dewasa secara umur (yang harusnya dewasa juga secara pemikiran). Secara gamblang saya bilang ke suami saya dukung capres no 1 dengan alasan saya, suami ok2 aja walopun saya tau dia dukung capres no 2. Walau banyak lembaga survey yang publish hasil survey capres no 2 lebih tinggi, bukan berati saya sebagai pendukung capres no 1 harus berkecil hati. Yang saya tau, ketika saya memilih capres tertentu bukan berati berharap mutlak beliau harus menang. Ini kan tentang pilihan pemikiran, visi misi, program kerja. Sama lah kayak pemilihan ketua OSIS/BEM pas masih kuliah cuma beda skala.

Saya tetap punya pilihan sendiri n gak kebakaran jenggot kalopun figur yang saya pilih tidak menang secara pemungutan suara. Bwat apa buang2 energi menyumpahi teman yang beda capres pilihan. Mengorbankan pertemanan hanya karena emosi sesaat larut di event tiap 5 tahunan saya pikir bukanlah sikap yang bijak untuk orang di usia kami2 ini (goes to 26 years old). Apapun hasil pilpres nanti mari kita kawal demokrasi di negara ini supaya makin baik implementasi sistemnya. Gitu lebih indah kan :D

Pun demikian dengan World Cup 2014, semakin banyak pilihan tim jagoan coz emang jumlah pesertanya banyak (32 negara). Apa salah kalo tiap2 orang punya tim jagoan yang beda2, dengan catatan negara kita tidak ikut di Piala Dunia dan otomatis jagoan kita pasti tim negara lain. Fenomena saling menghina tim jagoan teman juga gak kalah seru dibahas di media sosial. Sepenting itu ya sikap menghina pilihan orang lewat media sosial di generasi muda bangsa ini? :(

Bangsa yang beradab adalah bangsa yang diisi oleh penduduk yang memiliki adab pula. Dan yang saya tau kaum muda bangsa ini sudah sangat banyak mengenyam pendidikan moral selama di sekolah ataupun di kehidupan sehari-hari. Karena sebagai bangsa Indonesia, kita diatur oleh norma2 kehidupan sehari-hari. Tapi kok ya tetep ada aja yang kelakuannya tidak standar adab (kalo gak mau dibilang menyimpang :D) Sapa yang salah? Ya pasti individunya sendiri lah.

picture was copied from google

In my opinion, akan lebih bijak apabila kita mau menghormati perbedaan dalam hal apapun. Ingat, kita hidup di lingkungan sosial yang rentan gesekan dengan individu lainnya. 

Ditulis di edisi sekar sok bijak :D:D:D  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar